Calon Gubernur Dan Wakil Gubernur Jawa Timur 2024 / 01. Luluk Nur Hamidah-Lukmanul Khakim / 02. Khofifah Indar Parawansa-Emil Elestianto Dardak / 03. Tri Rismaharini-KH Zahrul Azhar Asumta |
1.
Khofifah Indar Parawansa (Incumbent Gubernur)
02. Khofifah Indar Parawansa-Emil Elestianto Dardak
Khofifah saat ini menjabat sebagai Gubernur Jawa Timur, dan sebagai incumbent, ia memiliki keunggulan yang besar. Prestasi kepemimpinan selama menjabat menjadi salah satu kartu utamanya dalam menarik simpati publik. Di bawah kepemimpinannya, Khofifah dikenal aktif dalam berbagai program sosial, termasuk pemberdayaan perempuan dan pengentasan kemiskinan. Namun, ia juga dihadapkan pada kritik terkait tata kelola pemerintahan, masalah birokrasi, serta pembangunan infrastruktur yang dinilai tidak merata.
Di sisi lain, Khofifah memiliki modal kuat berupa dukungan partai politik (khususnya Partai Demokrat dan Golkar) dan basis massa dari kalangan Nahdlatul Ulama (NU) serta tokoh ormas dan Lembaga Lembaga loyalis soeharto yang sangat besar di Jawa Timur. Namun, untuk memenangkan Pilkada 2024, ia harus bisa mempertahankan dukungan tersebut sembari menjawab kritik-kritik yang ada, terutama soal pemerataan pembangunan dan kesejahteraan masyarakat.
2.
Tri Rismaharini (Risma)
03. Tri Rismaharini-KH Zahrul Azhar Asumta
Risma, mantan Menteri Sosial Republik Indonesia, juga menjadi kandidat kuat dalam Pilkada Jawa Timur 2024. Sebelumnya, Risma dikenal luas sebagai Wali Kota Surabaya yang sangat sukses, di mana ia membawa Surabaya menjadi salah satu kota terbaik di Indonesia dari segi infrastruktur dan pelayanan publik. Keberhasilan Risma di Surabaya memberinya reputasi yang solid di kalangan masyarakat Jatim, terutama di wilayah perkotaan.
Namun, meskipun Risma memiliki banyak prestasi, ia harus menghadapi tantangan besar, yakni keterbatasan koneksi dengan basis massa NU dan struktur politik di Jatim, yang dominan didominasi oleh partai-partai dengan kedekatan kuat dengan ormas Islam besar seperti NU. Selain itu dua sosok ini memiliki daya ikat pengaruh besar dikalangan yang sama, dan ini bisa menjadi factor ketegangan antara keduanya bisa mempengaruhi citranya di mata publik.
Risma juga harus bekerja keras untuk mendapatkan dukungan politik dari partai-partai besar yang memiliki pengaruh di Jawa Timur. Nama besar seperti PDI-P yang mendukungnya menjadi modal, tetapi ia harus memperhatikan dinamika politik yang melibatkan Khofifah dan Luluk.
3.
Luluk Nur Hamidah
01. Luluk Nur Hamidah-Lukmanul Khakim
Luluk Nur Hamidah, meskipun mungkin kurang dikenal secara luas dibandingkan Khofifah dan Risma, merupakan calon yang sangat berpotensi. Luluk adalah calon dari kalangan muda, yang memiliki kapasitas dan kredibilitas dalam dunia politik. Ia dikenal memiliki integritas yang tinggi dan telah menjabat sebagai anggota DPR RI.
Sebagai calon yang relatif baru dalam kontestasi Pilkada Jatim, Luluk berusaha membangun basis dukungan dari berbagai segmen masyarakat, terutama kaum milenial dan generasi muda yang menginginkan perubahan. Ia mungkin tidak memiliki kekuatan seperti Khofifah dalam hal basis massa NU atau seperti Risma dalam hal pengalaman pemerintahan, tetapi ia bisa menjadi alternatif yang lebih segar dan progresif.
Luluk juga punya potensi untuk mendapatkan dukungan dari partai-partai kecil atau mereka yang merasa kecewa dengan kedua calon besar lainnya. Namun, ia harus bisa mengatasi kekurangan dalam hal jaringan politik dan dana kampanye dibandingkan dua kandidat lainnya.
Dinamika
Kampanye dan Tensi Politik
Dengan tiga calon utama ini, ketegangan di antara para pendukung dan kandidat semakin memanas menjelang Pilkada. Persaingan semakin tajam, terlebih dengan adanya kampanye hitam, serangan antar calon, dan upaya masing-masing calon untuk memanfaatkan berbagai isu strategis. Misalnya, Khofifah bisa mengusung isu keberlanjutan program pembangunan yang sudah berjalan, sementara Risma bisa menonjolkan reputasinya di Surabaya sebagai bukti kemampuan manajerialnya. Luluk, sebagai calon yang lebih baru, berusaha mengusung perubahan dan solusi baru untuk Jatim.
Tantangan terbesar bagi mereka adalah menghadapi polarisasi yang sangat mungkin terjadi di kalangan pendukung masing-masing. Di satu sisi, ada potensi untuk memperburuk ketegangan antar kelompok masyarakat, terutama dalam soal identitas politik (seperti hubungan dengan NU dan ormas Islam lainnya) dan perbedaan visi pembangunan.
Peluang
dan Tantangan
Khofifah memiliki peluang besar untuk kembali terpilih, tetapi tantangan besar datang dari ketidak puasan sebagian masyarakat terhadap ketimpangan pembangunan dan pengelolaan pemerintahan.
Risma memiliki citra positif berkat prestasinya di Surabaya, namun ia harus menghadapi kekurangan pengalaman politik di tingkat provinsi dan mendapat dukungan yang lebih luas di luar Surabaya.
Luluk memiliki kesempatan untuk memecah konsolidasi suara yang selama ini cenderung mendukung Khofifah dan Risma, tetapi ia perlu mengerahkan kekuatan politik yang cukup besar dan dukungan dari berbagai pihak.
Secara keseluruhan, tensi politik di Jawa Timur menjelang Pilkada 2024 sangat memanas, dengan ketiga calon ini memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Keputusan politik dan dinamika kampanye dalam beberapa hari kedepan akan sangat menentukan siapa yang paling mampu meraih dukungan mayoritas.
Beberapa
faktor lain yang mempengaruhi tensi politik di Jatim antara lain:
1. Persaingan Calon Nama-nama besar, baik yang incumbent maupun wajah baru, bersaing ketat. Ada calon yang berusaha mempertahankan posisi mereka dengan prestasi yang ada, sementara beberapa calon lain berupaya membawa perubahan dengan menawarkan solusi baru untuk masalah yang ada di daerah dengan mengusung jatim resik resik dan perubahan melenial.
2. Isu-isu Lokal dan Nasional Seiring dengan Pemilu 2024, isu-isu nasional yang berkembang, seperti ekonomi, infrastruktur, dan kesejahteraan sosial, turut berpengaruh pada Pilkada di Jawa Timur. Namun, tak kalah pentingnya adalah isu lokal yang menyangkut pembangunan daerah, pengangguran, serta pendidikan yang menjadi perhatian utama bagi masyarakat.
3. Dinamika Koalisi Politik Partai-partai politik di Jawa Timur memiliki pengaruh yang cukup besar dalam menentukan siapa yang akan memenangkan Pilkada. Koalisi antara partai-partai besar dan kecil, serta dukungan dari tokoh-tokoh masyarakat atau bahkan ulama, sangat mempengaruhi persepsi publik terhadap calon-calon yang ada. Dalam hal ini, strategi aliansi politik menjadi sangat menentukan.
4. Media Sosial dan Propaganda Di era digital, peran media sosial menjadi semakin penting dalam membentuk opini publik. Banyak calon yang mengandalkan platform digital untuk kampanye, namun juga tak jarang beredar informasi yang menyesatkan atau mempolarisasi masyarakat, yang meningkatkan tensi politik di kalangan pemilih.
5. Dukungan dari Basis Massa Di Jatim, pengaruh basis massa sangat besar, terutama dari kalangan NU (Nahdlatul Ulama) dan Muhammadiyah. Para calon harus pandai memainkan kartu politik dengan melibatkan dukungan dari berbagai ormas ini. Persaingan antar kelompok-kelompok ini menjadi salah satu faktor yang memperpanas suasana.
Secara
keseluruhan, tensi Pilkada di Jawa Timur saat ini dipengaruhi oleh campuran
dinamika politik lokal dan nasional yang saling terkait. Seiring dengan semakin
dekatnya tanggal pemilihan, masyarakat Jatim akan semakin dibanjiri dengan
informasi yang bisa memperkuat atau mengubah pilihan politik mereka. Tentunya,
siapa yang bisa membangun narasi yang tepat dan menyentuh kebutuhan publik akan
lebih berpeluang meraih kemenangan.
Editor: Admin
Sumber : Tim